Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2008

DI SELAT LOMBOK

Gambar
Mengabadikan moment terindah yang lebih imajinatif saat ini, paling tidak buat saya adalah dengan tulisan. Menulisnya, membacanya, dan menutupnya. Dan kalaupun saya ingin lupakan, cukup dengan men-delete atau membakar kertasnya. Sangat simple, agak lebih modern sedikit dari nenek moyang saya yang menulisnya di batu ataupun di daun lontar. Diantara moment-moment itu adalah perkenalan saya dengan seorang asal Kolombia dan Polandia di sebuah kapal di Selat Lombok . Dengan latar yang sama namun settingnya berbeda. Pertemuan dengan si Kolombia terjadi sekitar 6 bulan yang lalu. Sedangkan dengan si Polandia sekitar 2 minggu yang lalu. Bali dan lombok merupakan daerah tujuan wisata. Bisa ditebak, Bali adalah tujuan mereka nomor satu dan Lombok adalah tujuan atas dasar rasa penasaran mereka. Namun sungguh, Lombok menurutku lebih indah dari Bali . Tak heran jika pelayaran ferry di Selat Lombok cukup ramai oleh wisatawan manca. Baiklah, perkenalkan yang pertama namanya Velix (mungkin e

PENGARUH PERMAINAN TERHADAP ANAK

Kemarin, ketika mampir ke warnet, saya disibukkan oleh ulah anak-anak yang berteriak sambil bermain game online di kamar warnet. Anak-anak ini yang menurut saya masih dalam rangkulan kenikmatan bermain sangat tidak mungkin jika saya protes atas keributannya. Konsep toleransi belum tertanam pada pikiran mereka, dan tindakan mereka seperti itu adalah wajar. Kemudian beberapa hari yang lalu saya sempat menelpon adik saya yang paling kecil (kelas 3 SD) di Sumbawa. Dari percakapan yang kami lakukan, adik saya mengaku sedang memelihara ayam. Itulah permainan adik saya, memelihara ayam. Begitu beda bukan? Yang satu bermain game online dan yang satu memelihara ayam. Namun, jika saya mengambil kesamaannya, bukankah mereka sama-sama bermain? Pemandangan ini setidaknya membuat saya terkagum-kagum atas begitu bedanya (disparitas) permainan anak kampung dengan anak-anak di kota. Dulu, ketika saya masih kecil, permainan yang biasa kami lakukan tidak jauh-jauh dari lingkungan kami sendiri. Jika ingin

FRON PEMBELA ISLAM (FPI)

Gambar
Melihat isu yang terjadi akhir-akhir ini tentang FPI, saya sangat menyayangkan media yang terlalu memblow up masalah ini. Isu kenaikan BBM yang sejatinya menjadi titik perhatian menjadi hilang. Dulu, ketika BBM dinaikkan tahun 2003, yang menutup isu BBM adalah kasus perebutan pulau dengan Malaysia . Sekarang FPI. Pemberitaan di media elektronik bagi saya terlalu menyudutkan FPI. Bukankah ada baiknya jika kita mengambil berita dari banyak sumber untuk menentukan siapa yang salah dan benar? Monggo bandingkan berita yang ini dengan yang ini !

UNIVERSITAS NEGERI MALANG DAN IKLAN ROKOK

Gambar
J ika bapak-bapak dan ibu-ibu berjalan ke universitas negeri malang, bapak-bapak dan ibu-ibu akan diajak terkesima dan malu atas kalahnya intelektualitas dengan yang namanya uang. Entah berapa jumlah uang yang diterima oleh pihak universitas dari biaya iklan ini. Di taman, di perpustakaan, di papan pengumuman, di pintu gerbang, nampang iklan rokok yang mengiris hati. Ironisnya, jumlah tulisan Universitas dengan jumlah tulisan rokok hampir sama banyaknya pada billboard yang ada. Setiap ada tulisan yang bertuliskan Universitas Negeri Malang, hampir pasti ada lambang rokok ’jahannam’ itu disampingnya. Ajakan-ajakan untuk memelihara kesehatan tampaknya percuma ketika sebuah institusi tempat dimana kebijaksanaan itu diambil seolah-olah cuek dengan bahaya dari yang dimaksud. Hal ini sama saja dengan membunuh pendidikan itu sendiri. Bukankah pendidikan adalah sesuatu yang tidak berpihak dan independen. Jika pendidikan berpihak pada uang, untuk apa lagi kita bersusah-susah melakukan penelitian