Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2009

ENGKAU, SUARAMU, ASAPMU, DAN WANGIMU

Dulu engkau hadir dalam hidupku dalam suara. Segelombang. Tapi kini wujud aslimu telah menerkam segala yang ada. Meraih semua milikku, termasuk hati. Aku tak tahu kenapa dalam suara aku memberi. Otakku terlalu dini merindukan getar-getar saraf penerima indera dari gelombangmu. Aku berani menghadapmu karena aku berpikir engkau hanyalah suara. Tapi aku salah, engkau lebih dari sekedar suara itu. Suaramu menghadirkan kemenyan purba dari leluhur bumi yang tak pernah habis dibakar dalam keramba kuning hampir coklat keemasan. Kemudian hadirlah asapmu. Asapmu yang menghadirkan sosokmu yang asli. Sosok dewi para dewi. Wangimu meniadakan segala bebauan. Sorotan matamu tajam, tapi sayu. Hampir setiap ranah yang kau lewati akan menjadi kelopak bunga mekar seolah ada simfoni mendayu seiring injakan kakimu memukul bumi, laksana pukulan tabla mungkin. Tapi biarlah. Toh tidak semua suara terdengar. Dan bumi mungkin terlalu luas untuk kau jelajah. Aku bisa bersembunyi atau menutup hidungku melawan hip