Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

PIANO

Gambar
Lagu ini saya mainkan untuk istri saya.......dia sendiri yang ambil rekaman videonya.

MENULIS DAN MEREKAM LAGU

Gambar
Sambil memegang perkusi dan memainkan nada-nada sembarang, kadang inspirasi untuk menciptakan sebuah lagu muncul dengan sendirinya. Sebenarnya sudah banyak nada yang saya dapat, tapi tak sedikit yang terlupa. Beruntung lagu ini dapat ditulis dan direkam ketika mood dan media rekam bersamaan datangnya. Lagu ini saya rekam pada 14 April 2013. Saya memainkan lagu ini dengan gitar dan alat rekam Samsung galaxy tab p1000. Suara vokal kurang dominan karena jarak antara mulut dengan gadget relatif lebih jauh daripada gitar. Tapi lagunya enak didengar, kata beberapa teman........ Here it is.......   Download

SUMBAWA BARAT DAN DEMAM CILOKAK

Gambar
Ketika tulisan ini saya buat, saya baru saja selesai melihat pentas “cilokak” tepat di belakang rumah saya. Acara ini terlaksana karena adanya hajatan pernikahan di kampung kami. Aduhai ramainya! Puluhan bahkan ratusan anak-anak dari TK/SD/SMP asik bersila menonton bahkan ada yang ikut "bergabung" dalam acara yang diperagakan tepat di bahu jalan ini. Acara beginian boleh dikatakan sudah sering dilaksanakan. Untuk diketahui, “cilokak” merupakan kesenian berupa permainan musik dan tarian oleh beberapa muda-mudi yang dipertontonkan kepada khalayak ramai. Di beberapa tempat kesenian ini dinamakan “kecimol”. Saya kurang tahu apakah kesenian ini sudah termodifikasi atau belum. Di Seteluk, laki-laki yang memiliki uang berhak masuk untuk berjoget. Kemudian beberapa perempuan menyambut para lelaki ini sambil “merebut” uang dari tangannya sebagai “pemberian”. Sambil berjoget, para penari ini terkadang “nakal” menyentuh (maaf) pantat si perempuan. Tak mau kalah, penari perempuan

NARSISNYA KONSUL JENDRAL AMERIKA ATAS PEMBERDAYAAN NEWMONT

“Yang saya tahu ada investor besar di Sumbawa Barat dan sangat senang dengan hal itu. Sangat banyak kontribusi untuk bidang pendidikan,” (Joaqin Monserrate, Konjen Amerika Serikat, PSnews) Ungkapan Konsul Jendral (Konjen) Amerika ini disampaikannya ketika dia berkunjung ke Kabupaten Sumbawa pada 28 Maret 2013 lalu. Tujuan kedatangannya adalah untuk menampung masukan-masukan dari masyarakat atas keberadaan perusahaan asal negaranya (Newmont) di Sumbawa. Sebagai seorang Konsul Jendral Amerika yang diangkat dan ditugasi sebagai wakil negaranya dalam mengurus kepentingan perdagangan atau perihal warganegaranya di negara lain, ungkapan sang Konjen ini patutlah dicermati secara mendalam. Dalam ungkapannya di atas, sang Konjen menyimpulkan sendiri bahwa keberadaan investor asal negeranya telah memberi kontribusi sangat banyak bagi pendidikan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) tempat perusahaan tersebut beroperasi. Benarkah hal tersebut? Analisis Bahasa Jika dianalisa ungkapan

MENILIK MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUDAYA SUMBAWA

Sering sekali kita mereduksi bahwa pendidikan karakter adalah hak dan kewajiban sekolah. Saat ada anak yang berlaku kurang baik, kita kadang spontan berucap, “Kayak orang yang tidak sekolah.” Sekolah masih dianggap sebagai institusi pembangun karakter utama. Padahal kalau dihitung, intensitas “pendidikan” di sekolah tidaklah sebanyak “pendidikan” di rumah dan di masyarakat. Pembelajaran di sekolah juga masih dilaksanakan satu arah (guru-murid) sehingga nyaris kering dengan interaksi sosial. Belum lagi pendidikan sekolah, kalau mau jujur, lebih banyak membangun aspek kognitif daripada afektif dan psikomotorik siswa. Melihat kenyataan yang ada secara kontekstual, pendidikan di rumah dan masyarakatlah yang menurut penulis paling banyak mempengaruhi pembangunan karakter siswa, apalagi dalam ruang dan waktu di Sumbawa Barat saat ini. Di rumah, anak-anak langsung diajarkan pendidikan karakter oleh orang tuanya baik secara sadar maupun tidak melalui pemodelan (behavioris). Anak-anak menc

SUMBAWA BARAT DAN BISUNYA SEKOLAH/UNIVERSITAS

"Nenek menginginkanku mendapatkan pendidikan, oleh karena itu ia melarangku sekolah (kuliah)" (Margaret Mead) Ungkapan Margaret di atas mungkin ada benarnya juga. Saya sebagai seorang pendidik lumayan malu juga ketika sekolah dan universitas tidak mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat. Sekolah dan kampus yang seharusnya menjadi pemberi solusi terhadap permasalahan yang ada dalam masyarakat dan lingkungannya, justru diam membisu, bahkan tak jarang sekolah dan kampus menjadi sumber masalah. Lihatlah, tembok-tembok sekolah dan universitas dibangun tinggi-tinggi. Sekolah dan kampus tersekat dengan lingkungannya. Tembok-tembok itu seperti pembuat batas antara sekolah dan masyarakat. Padahal, sekolah terbaik ada dalam masyarakat, dan guru terbaik adalah alam. Di dalam kelasnya, pelajar dan mahasiswa khusuk belajar seolah-olah dunia ini bisa dipelajari hanya dengan tinggal di dalam kelas. Di Sumbawa Barat ini, kita jarang sekali, atau mungki