NAMAMU HARIMAUMU
Adalah kakak saya, perempuan, kuliah di Universitas Terbuka (universitas yang tidak sengaja dibuka, gramatically ), ditugaskan untuk membuat sebuah laporan kegiatan. Dia mengambil kegiatan pengembangan buta huruf. Asbab waktu yang mepet dan kegiatannya sebagai ibu rumah tangga yang tidak mungkin untuk mengerjakan tugasnya, dia pun berhajat untuk mengarang indah. Dia menawarkan kepada kami (adik dan kakaknya) untuk sudi kiranya namanya diikhlaskan diletakkan sebagai murid-murid buta huruf. “Okay, never mind, just go on!” i said Artinya saya setuju-setuju saja. Tapi apakah permasalahannya selesai sampai di situ? Tentu tidak. Jika dosennya kritis dan peka, maka nama Wahyu Firmansyah, Yuwan Gazali, dan Titin Widya tidaklah cocok disejajarkan dengan nama Aminah, Saripah, Jureiah yang masa kelahirannya belum ditetapkan wajib belajar 9 tahun. Saya masih ingat nama-nama anak yang lahir pada akhir 90-an, nama mereka sangat tenar dengan akhiran huruf ‘i’; atau biasanya untuk menambah gengsi ‘i’