NAMAMU HARIMAUMU

Adalah kakak saya, perempuan, kuliah di Universitas Terbuka (universitas yang tidak sengaja dibuka, gramatically), ditugaskan untuk membuat sebuah laporan kegiatan. Dia mengambil kegiatan pengembangan buta huruf. Asbab waktu yang mepet dan kegiatannya sebagai ibu rumah tangga yang tidak mungkin untuk mengerjakan tugasnya, dia pun berhajat untuk mengarang indah. Dia menawarkan kepada kami (adik dan kakaknya) untuk sudi kiranya namanya diikhlaskan diletakkan sebagai murid-murid buta huruf.

“Okay, never mind, just go on!” i said

Artinya saya setuju-setuju saja. Tapi apakah permasalahannya selesai sampai di situ? Tentu tidak.

Jika dosennya kritis dan peka, maka nama Wahyu Firmansyah, Yuwan Gazali, dan Titin Widya tidaklah cocok disejajarkan dengan nama Aminah, Saripah, Jureiah yang masa kelahirannya belum ditetapkan wajib belajar 9 tahun.

Saya masih ingat nama-nama anak yang lahir pada akhir 90-an, nama mereka sangat tenar dengan akhiran huruf ‘i’; atau biasanya untuk menambah gengsi ‘i’ diganti dengan ‘y’: febry, ary, franckhy, Mecky, walaupun di akta kelahirannya lahir di Labu Lalar. Orang tua tidak mau urus, toh anaknya sendiri yang akan memplesetkan namanya jika tidak gaul; Aminollah jadi Amy, Saparuddin jadi Jep, dll. Pengaruh sinetron sangat kuat di nama-nama ini.

Dan tahukah anda kalau sekarang nama yang paling banyak muncul untuk bayi yang lahir di Eropa adalah Muhammad? (Klik ini) Terlepas dari banyaknya imigran muslim yang bereproduksi di sana, karena nama adalah ruang dan waktu, juga sejarah, pun doa.

“Apalah arti sebuah nama, mawar tetaplah harum walau diberi nama lain” (william shakespeare)

BANTAHAN

“Selaksa arti untuk sebuah nama, kemungkinan besar anda akan ditempeleng jika memanggil orang dengan sebutan setan, jin, atau tai ” (wahyu shakespeare)


Note: mohon maaf jika ada kesamaan nama dan tempat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEKURANGAN FILM LASKAR PELANGI

SATERA JONTAL

DATU SERAN KEDINGINAN