DATU SERAN KEDINGINAN
“Jangan sekali-kali melupakan sejarah!” (Soekarno)
Gbr.juru kunci makam di dalam makam seran
"Bahkan kadang saya menggunakan uang saya peribadi untuk memperbaiki pagar-pagar ini," ungkap juru kunci makam Seran, kepada kami di sebuah beruga di bawah pohon beringin di dalam makam.
Itu karena Anas Pataray mengajak saya berkunjung ke Makam Seran untuk liputan jurnalistik. Kami pergi karena sudah berjanji beberapa hari sebelumnya. Setelah mampir ke rumah juru kunci makam untuk memintanya sebagai pemandu, kami kemudian menyisir pematang sawah.
Untuk bisa sampai ke makam, kita harus ‘sehat lahir batin’. Ini bukan mejik atau klenik ya! Ini beneran: untuk sampai ke sana kita harus sudi berjalan di bawah belukar bambu dan pematang sawah yang jaraknya sekitar dua kilometer dari perumahan penduduk. Di musim hujan begini, saya sarankan jangan membawa celana panjang: beceknya selutut. Mengharapkan pengunjung bisa memarkir kendaraan dua roda atau empat roda di dekat makam? Hehe. Selamat tinggal!
KERAJAAN SERAN
Mungkin banyak orang KSB yang tidak menyangka bahwa kerajaan Seran adalah kerajaan yang sangat diperhitungkan oleh nusantara ketika itu. Ini bukan chauvimisme saya sebagai orang Seteluk. Diceritakan, dalam kitab Negara Kertagama karangan Empu Prapanca, kerajaan Seran disebut-sebut setidaknya dua kali. Bahkan, untuk menyebut nama pulau Sumbawa, kerajaan Majapahit ketika itu menyebut pulau ini sebagai pulau Seran (lihat Negara Kertagama).
Prajurit-prajurit kerajaan Seran juga terkenal piawai dalam berperang. Ketika Gajah Mada melakukan ekspansi kerajaan Majapahit ke bagian timur nusantara, Gajah Mada dibuat kualahan oleh prajurit-prajurit Seran. Seorang wakil patih kerajaan Majapahit terbunuh dalam pertempuran itu. Jazadnya kemudian dimakamkan di sebuah makam yang kini dinamakan makam Seran (Muslimin Yasin, Bima en Sumbawa).
“Ini kubur-kuburnya siapa?” tanya saya kepada juru kunci makam. Tak ada yang tahu. Memang, sebanyak buku yang pernah saya baca, tak pernah disebutkan ini kuburnya siapa, itu kuburnya siapa dan tahun berapa dimakamkan. Pun juru kunci makam, beliau diam seribu kata. Yang bisa bercerita banyak mungkin adalah arsitektur nisannya.
Bentuk nisan di pemakaman kuno ini sangat ‘bhinneka tunggal ika’. Dari bentuknya, makam ini bisa diketahui telah menampung mayit tiga generasi: Hindu, Budha dan Islam. Bentuk nisan yang berstupa, menurut teori adalah peninggalan Budha. Bentuk nisan yang runcing adalah Hindu. Dan nisan yang berbentuk alakadarnya adalah Islam. Maka, makam seran adalah saksi sejarah yang bercerita kepada kita betapa kehidupan sosial di pulau Sumbawa telah lama bersintesa. Makam seran telah merekam jejak betapa kekuasaan itu silih berganti.
TAK SEPERTI MAKAM GUNUNG KAWI
Saya pernah ke Gunung Kawi. Saya bukan maniak makam ya! Kebetulan sewaktu kuliah di Malang, saya pernah menyempatkan diri rekreasi ke sini karena jaraknya yang relatif dekat (catatannya bisa dibaca di sini). Di makam gunung kawi (tempat orang yang (katanya) mencari pesugihan itu), bangunannya dibuat indah. Warga di sekitar makam mendapat keuntungan langsung dari adanya makam karena ramainya pendatang yang rekreasi ke sana.
Letak makam yang berada di dekat bukit tentu tak kalah indah jika dijadikan objek wisata. Di sana juga terdapat air terjun. Makam seran juga selalu disinggung dalam pelajaran-pelajaran di Sekolah Dasar. Saya selalu ingin melakukan studi wisata ke sana bersama siswa-siswi saya, tapi itu tak mungkin. Aksesnya berbahaya untuk mereka.
Makam seran tentu bukan tempat pesugihan, bukan juga tempat bertapa. Makam itu adalah saksi sejarah tentang keindonesian dan kesumbawaan. Andai saja Datu Seran masih ada, mungkin dia akan meminta ‘selimut’.
nice post bang yu...
BalasHapuskapan aku di ajak ke sana?
he eh aku juga mau diajak kesana..hohoho
BalasHapusayo ditunggu di KSB..hehe
BalasHapusJEMPOL DOANK DEH
BalasHapusTujuan baguss!
BalasHapusTujuan Baguss
BalasHapusboat blong nan bang yu
BalasHapusboat blong nan bang yu
BalasHapusagar pemerintah daerah lebih peka terhadap peninggalan sejarah.
BalasHapusjempol buat abang wahyu
Jalannnya sekarang sudah bagus
BalasHapusTabe, sekedar info sdr,,
BalasHapusdi Makassar tepatnya di Takalar ada makam org sumbawa menantu karaeng Sanrobone yang konon kabarnya ibundanya di peristrikan oleh salah seorang
Raja Gowa.