A NITE IN SUMBAWA (SEMALAM DI TANA SAMAWA)

Sebagaimana jika seorang pejabat datang ke suatu daerah atau acara, tentulah segala persiapan harus dirancang sedemikian rupa hingga terlihat bagus. Jika berupa kunjungan daerah, jalan-jalan yang dilalui si pejabat terlebih dahulu diperbaiki sehingga nampaklah begitu sukses pembangunan di sub-kekuasaan di bawah si pejabat. Pernahkah anda mendengar seorang pejabat diajak protokoler lewat jalan tikus? Mimpi kali ye... Alih-alih menyuguhkan kekurangan untuk dapat kiranya diperbaiki.


Begitu pun jikalau pejabat diundang ke suatu acara, suguhan cahaya lampu bertaburan, suara music etnis yang dipadu dengan traditional dance, sedikit dibumbui dengan perkusi modern menjadi sangat kontras dengan rakyat jelata sebagai representasi mereka yang tengah mengalami pemadaman bergilir sambil diiringi musik alam yang diaransemen ulang oleh katak dan jangkrik dengan backing vokal gonggongan anjing di sebuah padang sabana kering-kerontang. Singkat kata, jika seorang pejabat diundang ke suatu acara, tentulah acara tersebut harus wah dan mahal. Namanya juga pejabat.
Tersebutlah sebuah acara bergelar “A NITE IN SUMBAWA” (Sabtu 21 Nov 2009), sebuah acara yang digagas apik oleh Ikatan Keluarga Sumbawa di Jakarta. Konsep acara adalah pagelaran seni budaya sumbawa yang menurut kabar burung menghabiskan dana 700 juta hanya dalam waktu kurang-lebih 2 jam. Puri Agun Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta adalah settingnya. Dengan beberapa raja diantaranya: Din Samsuddin, duta besar amerika, menteri-menteri kabinet indonesia, sejumlah kepala daerah asal NTB, dan banyak lagi. Bagaimana dengan sumber dana? Dari undangan yang saya dapat, terpampang partisispasi Newmont, pemda Sumbawa dan pemda Sumbawa Barat.

Menyentuh kaki di acara ini adalah sebuah prestise tersendiri. Sebagai ungkapan selamat datang, tepat di depan eskalator hotel, para tamu disambut dengan big and small percussion (rabana ode, rabana rea). Belok kanan, terpampang suguhan makanan yang menurut saya tidak akan habis dimakan oleh satu kampung Mandar di Seteluk . Sebuah standing-dinner, dengan dessert buah dan kue yang entahlah apa namanya.
Tidak ada sambutan oleh pejabat, acara langsung dibuka oleh MC: Cici Tegal dan sekitar 10 artis ibu kota menjadi penghibur. Sebutlah tarzan, zaskiah mecca, cici paramida, dll menjadi artis dalam sebuah lakon drama berjudul Tanjung Menangis. Sekitar sepuluh suguhan tarian dan music tradisional disuguhkan ke depan penonton untuk menggaet pariwisata, ungkapnya. Entahlah, mudah-mudahan saja.

Acara sangat meriah namun saya terasing. Saya sendiri tanpa teman sebagai perwakilan Malang untuk hadir di acara ini. Sempat mencari teman asal KSB di belakang panggung dan akhirnya ketemu. Mereka adalah para pelakon yang berjumlah 10 orang. “Uang sakunya berapa dikasih?” tanya saya. “Bisa hadir di sini aja sudah sukur,” jawab salah seorang dari mereka.

Merasa diri low profite (baca: low profile), saya duduk di bagian tengah penonton saja. Ternyata Tau Samawa banyak juga di sini, ribuan mungkin. Semoga acaranya tepat sasaran, saya berharap pantai Maluk dan objek-objek wisata lain di KSB ramai oleh pengunjung luar daerah atas prakarsa dan pascakarsa acara ini. Mimpi!

Komentar

  1. Ma old friend :)
    long time no see your blog...
    apa rungan? kebingungan siapa saya?
    akun FB saya dulu (dan masih ada)Preman Amat Seketeng. Yang resmi sih ini: http://www.facebook.com/DedyCahyadiOriginal
    keep blogging ya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar !!

Postingan populer dari blog ini

KEKURANGAN FILM LASKAR PELANGI

SATERA JONTAL

DATU SERAN KEDINGINAN