“Mau tidak mau kamu akan aku buang!” begitu teriakku ketika digigit piranha. Luka pada telunjukku sebesar mulut ikan bedebah ini. Awalnya aku tidak mau memelihara, sungguh gak ada nasar apa pun. Ini mungkin karena rasa kemanusianku yang telah ditanam oleh guru ngajiku sejak kecil.
DATU SERAN KEDINGINAN
“Jangan sekali-kali melupakan sejarah!” (Soekarno) Gbr.juru kunci makam di dalam makam seran "Bahkan kadang saya menggunakan uang saya peribadi untuk memperbaiki pagar-pagar ini," ungkap juru kunci makam Seran, kepada kami di sebuah beruga di bawah pohon beringin di dalam makam. Itu karena Anas Pataray mengajak saya berkunjung ke Makam Seran untuk liputan jurnalistik. Kami pergi karena sudah berjanji beberapa hari sebelumnya. Setelah mampir ke rumah juru kunci makam untuk memintanya sebagai pemandu, kami kemudian menyisir pematang sawah. Untuk bisa sampai ke makam, kita harus ‘ sehat lahir batin ’ . Ini bukan mejik atau klenik ya! Ini beneran : u ntuk sampai ke sana kita harus sudi berjalan di bawah belukar bambu dan pematang sawah yang jaraknya sekitar dua kilometer dari perumahan penduduk. Di musim hujan begini, saya sarankan jangan membawa celana panjang : beceknya selutut. Mengharapkan pengunjung bisa memarkir kendaraan dua roda atau empat roda di
yang lebih bedebah itu km drpd ikan piranhanya
BalasHapusknp km buang ikan piranha di irigasi ??
coba kalo ikan itu nggigit orang lain yg lagi ada di aliran irigasi itu...
mikir donk !!!