UNIVERSITAS NEGERI MALANG DAN IKLAN ROKOK

Jika bapak-bapak dan ibu-ibu berjalan ke universitas negeri malang, bapak-bapak dan ibu-ibu akan diajak terkesima dan malu atas kalahnya intelektualitas dengan yang namanya uang. Entah berapa jumlah uang yang diterima oleh pihak universitas dari biaya iklan ini. Di taman, di perpustakaan, di papan pengumuman, di pintu gerbang, nampang iklan rokok yang mengiris hati. Ironisnya, jumlah tulisan Universitas dengan jumlah tulisan rokok hampir sama banyaknya pada billboard yang ada. Setiap ada tulisan yang bertuliskan Universitas Negeri Malang, hampir pasti ada lambang rokok ’jahannam’ itu disampingnya.

Ajakan-ajakan untuk memelihara kesehatan tampaknya percuma ketika sebuah institusi tempat dimana kebijaksanaan itu diambil seolah-olah cuek dengan bahaya dari yang dimaksud. Hal ini sama saja dengan membunuh pendidikan itu sendiri. Bukankah pendidikan adalah sesuatu yang tidak berpihak dan independen. Jika pendidikan berpihak pada uang, untuk apa lagi kita bersusah-susah melakukan penelitian ilmiah tentang sesuatu hal. Toh semua akan ditutup oleh seperti yang terjadi di atas. Sepertinya akan percuma jika saya berteriak-teriak kepada anak murid saya untuk melarang merokok sementara tempat gurunya mengambil pendidikan itu sendiri disponsori oleh rokok. Huh, memalukan!

Untuk diketahui, biaya pengobatan akibat dari kebiasakan merokok ini adalah Rp 127.7 triliun (Kosen Suwarna, 2005). Dan bodohnya, pendapatan pemerintah dari cukai rokok ini hanya Rp 16,5 triliun (kompas 1/6/08). Seperti kita ketahui banyak dari pemda kita maupun pemerintah pusat memberi subsidi kesehatan pada rakyat miskin yang tidak lain adalah pecandu rokok ini. Jika demikian hal yang terjadi, bukankah ini merupakan sebuah super kebodohan alias bapak dari bapak kebodohan karena biaya kesehatan dari rokok jauh lebih besar dari keuntungan dari rokok itu sendiri. Lebih menyakitkan lagi keuntungan dari bisnis rokok ini lari ke Amerika sana, dan perputaran uang tentu tidak terjadi di Indonesia, yang berputar hanya penyakit. Philip Moris menguasai 97,95 persen saham dari HM sampoerna dan keuntungannya 1,6 triliun terbang ke Amerika sana (kontan 29/5/08).

Bapak-bapak dan ibu-ibu peserta panjat pinang yang saya hormati, kebiasaan merokok ini banyak dilakoni oleh kalangan menengah ke bawah alias miskin. Saya tidak tahu apakah mereka merokok karena kebodohan mereka atau tahu tapi cuek karena rokok adalah media pelampiasan. Wallahu ’alam!

Komentar

  1. Ya..gitulah kalo ni jaman digenggam erat ma yang namanya kapitalisme.....hancur semuanya.......SALAM KEHANCURAN KAPITALISME!!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  2. Pemerintah yang ada sekarang memang tidak memperhatikan pendidikan, dibuktikan dengan banyaknya siswa yang terlantar dan guru yang tidak terjamin kehidupannya.
    saran pasang aja widget infogue.com, bisa nambah pengunjung ke blog kita lho.
    seperti di blog wathasiwa yang baru buat..hehe
    http://www.padhepokananime.blogspot.com/
    artikel anda watashiwa submit di:
    http://pendidikan.infogue.com/universitas_negeri_malang_dan_iklan_rokok

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar !!

Postingan populer dari blog ini

DATU SERAN KEDINGINAN

KEKURANGAN FILM LASKAR PELANGI

SATERA JONTAL