POLISI DAN VISIT INDONESIA

Setelah berdebat kasar dengan sopir dan para calo, siang itu saya sampai juga di terminal ubung. Begitu kecil terminal ini, sangat jauh dari kesan selamat datang. Nama Bali seharusnya membawa rasa malu jika tempat ini tidak tertata dengan baik. Bahkan dindingnya waktu itu, ada yang terbuat dari bedek bambu. “pos pelayanan mudik lebaran”, sebuah papan nama dari kertas ditulis serampangan kemudian ditempelkan pada dinding bedek. Entah apa yang dipikirkan oleh penggagas “visit indonesia”, Bali saja seperti ini, apalagi daerah lain.

Terminal ubung sangat tidak asing bagi saya, setiap perjalanan Malang-Sumbawa, bus malam yang saya tumpangi selalu mampir di tempat ini. Namun kali ini berbeda. Saya naik truk dengan ibu-ibu di Lombok. Membantu ibu-ibu pekerja menurunkan berasnya dari atas mini bus, melihat langsung kebejatan polisi, kebejatan calo, dan kebejatan supir yang bekerja sama dengan calo menipu para pekerja yang mengais rezeki ala kadarnya, itu yang saya dapatkan dari perjalanan itu. Betapa kaget saya dibuat oleh ulah calo yang menipu di samping pos polisi. Semua orang akan beranggapan dan membuat generalisasi tentang kebejatan polisi jika sebuah kejahatan dilakukan terang-terangan.

Saya kemudian menyewa sepeda motor untuk berkeliling Bali. Kalau tidak salah, sewanya 40.000 rupiah untuk 12 jam. Berbekal papan tanda lalu lintas yang dipampang di jalan, saya bisa sampai di Kuta (setelah dua kali kesasar), pantai Sanur, pantai Petitenget, dan Tanah Lot. Menginap semalam dan langsung pulang ke Malang.


Tulisan ini adalah romantisme, karena kejadian telah berlangsung lama, namun apa yang saya lihat sekarang tidak sedikit berubah. Kebijakan akan wah jika kapolri atau menteri baru diangkat, dua bulan, tiga bulan, dan seterusnya setelah pelantikan hanyalah pepesan kosong, begitulah negeri ini, hanya wah dalam program. Saya kecewa, ingin pindah negara saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DATU SERAN KEDINGINAN

KEKURANGAN FILM LASKAR PELANGI

SATERA JONTAL