KETIKA SURYA PUN MENGGELENG, DI SITULAH CINTA KAMI
Adakah melambai kepadamu kabut putih dalam semesta aksara sendu?
Jika belum, biarkan aku jelaskan:
Kami merangkai kata agar ungkapan sayang tak sehambar bunga-bunga layu
Semua stanza dalam sajak yang kami buat diambil dari telaga hati dalam relung-relung purba
Kami mewakili setiap hati yang gundah, sebagaimana surga mewakili hati Suhada
Kami berbunga ketika sajak-sajak kami tidak mudah dipahami
Karena kami ingin dimengerti dengan hati, bukan dengan mata, telinga, atau jasad-jasad kasar manusia bumi
Bukankah cinta juga demikian?
Adakah orang yang mengerti cinta?
Cinta bukanlah indra, engkau tidak akan pernah mengerti
Coba tanyakan saja kepada surya: “Adakah bumi memberi sesuatu atas cintamu kepadanya?”
Engkau akan mendapatkan surya menggeleng lalu kemudian tersenyum, bahkan ketika bumi tak acuh dengan berselimut awan
Kemudian kami mengemasnya dalam bungkusan riak-riak bunga
Karena kami ingin melihatmu tersenyum ketika putih tak mampu lagi mengupas hitam pada kelabu yang petang
Itu saja, hanya itu, hanya ingin melihatmu tersenyum ketika sajak ini berakhir
Adakah kau tersenyum sekarang?
Tersenyumlah, dan simpan buatku satu!
Malang, 12 Agustus 2009
i
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tuliskan komentar !!