BUYA GUTU: TRADISI YANG TETAP BERTAHAN
Ada banyak cara untuk mengisi kekosongan waktu oleh pendiduk Sumbawa. Mencari kutu (buya gutu) adalah salah satu di antaranya. Dari pantauan Wahyu Firmansyah di Karang Mandar Kecamatan Seteluk KSB, kegiatan ini ternyata masih dilakukan oleh beberapa orang yang masih rindu dengan hadat istiadat.
Kutu atau Pediculus Humanus Capitis berasal dari ordo Anoplura. Binatang ini memang kurangajar. Selain tinggal di atas kepala manusia, binatang ini juga kencing dan eek di atasnya. Bahkan mungkin di atas kepala Bupati pun dia berani melakukannya jika tekstur rambut dan kelembabannya mendukung.
Tetapi beberapa ciptaan Allah selalu memiliki efek negatif dan positif. Menurut sumber yang tidak mau disebutkan namanya, buya gutu ternyata bisa menimbulkan efek kesehatan, psikologis dan sosial. "E papuuuuu, peno lalo gutu ku e...., medo penyakit kuning ampo deta papuuuu, muroa ke?" ungkapnya menasehati.
Tentu saja tak sembarang orang mampu menggeluti pekerjaan ini. Perlu kesabaran yang utuh untuk bisa menemukan gutu, atau setidaknya lisak (telur kutu) di dalam hutan belantara rambut. Tertarik? berikut tips dari saya:
- Jangan mandi 2 bulan untuk mendapatkan gutu yang sehat dan banyak
- Akan lebih asyik jika dilakukan oleh dua orang
- Malam lebih nikmat
SELAMAT MENCOBA
aina lamen notu mani 2 bulan terang mo.... nuya gutu bae.... anu bau telas... kulat2 jari hehehe... peace...
BalasHapus