BANJIR DI SETELUK: CERMIN KONDISI ALAM KITA

Apa yang pertama diselamatkan ketika banjir datang secara tiba-tiba? Yang pertama diselamatkan adalah nyawa, ijazah, baru selanjutnya ayam dan bebek (jika ada). Beruntung tadi banjir datang sekitar pukul 17.00 wita; jadi ijazah saya bisa di selamatkan karena terletak di bagian bawah lemari. Ketinggian air tidak sampai 1 meter, walaupun di beberapa titik ada yang mendekati angka tersebut.



Kecamatan Seteluk sebenarnya sangat rawan banjir. Banjir yang dimaksud adalah banjir bandang (aiba kleang). Bagi masyarakat Seteluk, banjir bandang sudah biasa terjadi walau sering datang dengan volume yang tidak terlalu besar. Dan banjir tadi sore menurut saya termasuk banjir bandang sekaligus datang mengabarakan bahwa kondisi alam kita berada dalam bahaya dan kritis. Apalagi tadi curah hujan terbilang tidak lama karena hanya beberapa jam (+/- 2 jam).
Gbr. Seteluk dan Sok
Jika melihat tepografi dan kondisi geografisnya di google earth, kawasan Seteluk memiliki ketinggian 33 meter dpl dan sudah masuk kategori kawasan dataran rendah (dataran rendah maksimal 200 meter dpl). Ini rawan karena mengingat di sebelah timur Seteluk terdapat hutan sumber air yang luas. Bagian timur seteluk terdapat dataran tinggi dan pegunungan dengan ketinggian berkisar 200-800 meter dpl. Kesenjangan (disparitas) ketinggian ini tentu akan menyebabkan kecepatan air menjadi besar dan memicu banjir bandang. Selain itu kawasan Sok, sebagai kawasan mata air dan penyimpan air untuk sungai di seteluk, hanya berjarak tidak lebih dari 4,5 Km.


Banjir tadi sore, memberi pelajaran bahwa kita tidak boleh main-main dengan lingkungan. Mayoritas pemukiman di KSB khususnya di kecamatan Seteluk terletak di samping Daerah Aliran Sungai (DAS). Sehingga banjir adalah sesuatu yang menakutkan dan merugikan bagi masyarakat. Belum lagi kerugian di sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian mayoritas penduduk.

Pemerintah harus cepat mencari solusi atas permasalahan ini. Pemerintah memiliki otoritas untuk mengawasi dan menjaga hutan dengan aparatur yang dimilikinya. Pemerintah juga dengan pendanaannya diharapkan dapat mencari solusi atas banjir tahunan ini yang bersifat prefentif, bukan hanya kuratif. Banjir merupakan bencana yang mayoritas penyebabnya disebabkan oleh manusia. Apakah kita akan menyalahkan Tuhan? Oh tentu tidak!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DATU SERAN KEDINGINAN

KEKURANGAN FILM LASKAR PELANGI

SATERA JONTAL