RIRIN FEBRIANI: SAYA BANYAK MENDAPAT INSPIRASI DI TOILET

14 Februari 2011. Merah orens belum sepenuhnya terhapus dari langit senja itu, sandek (pesan pendek) dari Ririn masuk ke HP saya. "Tes.", itulah SATU kata yg nongol di inbox HP saya yang membuka renyah percakapan selanjutnya.

Ririn Febriani, a.k.a Perempuan Setengah Waras, a.k.a Obsesi Jadi OrangKaya, a.k.a Ayahbundaririn Ingin Jadipenulissaja adalah satu jasad tapi beda akun. Hanya satu kali saya kopdar dengannya, dulu. Juga saya tak tahu persis kapan saya mulai berteman dengannya di facebook. Mungkin sudah satu tahunan karena saat masih di Malang, saya sudah menjalin komentar dengannya. Tapi itulah SMS pertama darinya kepada saya.

Renyah, polos, tak muluk2, langsung ke inti, tak ada yang ditutup-tutupi, adalah tipe perempuan ini. "Jogja? Ya biasa saja. Hanya saya merasa lebih ekspresif saja di sini," jawabnya ketika saya menanyakan kabarnya yang baru satu minggu sampai di Jogja setelah beberapa bulan cuti kuliah karena sakit sehabis operasi. "Hahaha kalau ngekspresif di Taliwang kita dikira orang gila," balas saya setuju.

Jangan tanyakan arti sahabat kepadanya. Baginya, sahabat adalah segalanya. Bahkan berbicara sahabat berarti berbicara hidup dan mati, juga alasan untuk pulang setelah jauh berjarak. "Tentang KSB, yang membuat kamu cinta?" lanjut saya . "Yg membuat saya cinta, karena di tanah KSB itu terkubur jasad sahabat terbaik saya. Sementara hanya itu yg membuat saya cinta dan mungkin 'pulang', suatu saat nanti," balasnya.

Short Messaging Service atau yang biasa disingkat SMS, memang tak secepat BBM atau chatting di internet. Ada ruang dan waktu untuk membuat jeda. Jeda untuk menarik nafas panjang dalam merenungi kehidupan. Seorang Ririn, dalam 12 sandeknya kepada saya, telah mampu membuat saya tertegun, diam, dan bangkit untuk berpikir ulang kemudian belajar tersenyum pada hidup atas pengalaman-pengalaman mengagumkan yang diceritakannya.

"Kamu memandang dunia seperti apa? Harus diubah atau malah mengubah diri demi dunia?" tanya saya. "Keduanya! Mengubah 'diri' utk merubah dunia." balasnya singkat tapi filosofis.

AyahbundaRirin Ingin JadiPenulisSaja adalah nama akun yang mencerminkan obsesi Ririn. Bakat menulisnya telah diasah sejak berada di bangku Sekolah Dasar. Maka, jika engkau berteman dengannya di facebook, berjubellah bunyi-bunyi statusnya yang bernada sastra. "Sejak kecil. Lupa tepatnya, tapi sepertinya SD. SMP makin tertarik. SMA pernah ikut sanggar sastra, dan sampai sekarang masih senang menulis walau mood mulai lompat-lompat," ungkapnya.

Membaca tulisan-tulisan Ririn seperti memandang sebuah anak sungai yang mengalir di dalamnya air yang sayup-sayup patuh. Tulisannya berjalan indah membentuk plot-plot baru yang teratur. Bacalah note/catatannya di facebook, kita akan menemukan banyak cerpen di dalamnya. Cerpen baginya, adalah pengalaman hidup yang mesti diceritakan dan dibagi. "Semua cerpen-cerpen saya adalah dari apa yang saya alami, apa yg saya lihat. Dan saya banyak mendapat inspirasi di toilet" ujar perempuan ini blak-blakan.

Pukul 21.34 Wita, SMS terakhir darinya masuk. Sebelumnya, melalui inbox di Facebook, Ririn juga sudah meminta kepada saya untuk mau kiranya dibuatkan tulisan tentangnya sebagai hadiah ulang tahunnya yang jatuh pada 11 Februari lalu. "Kalau bisa dalam 112 kata atau 11.211 kata," pintanya. Ah saya tak terlalu pintar menulis untuk menebak pribadi seseorang hanya dari interaksi maya kemudian menuliskannya dalam sebuah tulisan untuk menggambarkan sosoknya dalam 11.211 kata. Juga tak mungkin menggambarkan pribadi mengagumkan nan eksotis hanya dengan 112 kata. Itu semua tak mungkin.

Maka, tulisan ini, tak lebih dari tulisan atas permintaan seorang sahabat kepada saya agar mencoba untuk menebak. Menebak untuk membagi senyum kepada semua. Menebak masuk ke dalam jiwa anak manusia. Begitulah, mungkin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DATU SERAN KEDINGINAN

KEKURANGAN FILM LASKAR PELANGI

SATERA JONTAL