SITAAN

Terbuat dari cabangan ranting kayu. Dililit dengan karet pada kedua ujung cabangannya. Tak lupa diberi selembar kulit antar karet pada masing-masing cabangan.

Ketapel ini terletak di ruang guru. Saya kurang tahu ini milik siapa. Besar kemungkinan hasil sitaan dari siswa yang kedapatan membawanya ke sekolah. Kaca jendela pecah ! Jidat siswi robek ! Atau, siapa tahu, karena mereka benci dengan Sains, tiba-tiba saja ketika guru menjelaskan di depan kelas, mereka me-nge-ta-pe-li pak gurunya? Mereka akan beralasan:
"Sesungguhnya gaya yang disebabkan oleh elastisitas sebuah benda dinamakan gaya pegas, kan pak guru? Contohnya KETAPEL, kan pak guru?" 

Apakah ketapel masuk dalam kategori alat bermain (toy) ? Kita masukkan saja. Tapi bisa saja bukan. Ini sangat berbahaya jika dibawa ke dalam kerumunan manusia. Apalagi dibawa oleh anak-anak. 'Kalian harus punya ‘lisensi’.'

Jika dibawa ke kerumunan burung tak masalah. Di sini kita bicara habitat. Sekolah adalah habitat manusia, bukan habitat burung. Jika sebuah toy disalahgunakan menjadi senjata pemusnah kaca....ini bermasalah.

Menyita barang bawaan terlarang adalah tradisi turun-temurun Korps Persatuan Guru Republik Indonesia, PGRI. Kalau dulu semasa saya menjadi anak sekolah, sitaannya adalah jambu mete. Tapi sekarang itu sama sekali tak gaul. Beberapa hari yang lalu gambar bernomor disita oleh TU sekolah. Dan saya menyita kelereng siswa yang kedapatan krasak-krusuk di kelas. “Hahaha...ayo kasih ke pak Guru. Kenapa main di kelas? Hayoo !” Redaksional tulisannya sebenarnya diperhalus, padahal bunyi aslinya begini: “Woiiii....Suara apa itu?” Suasana diam. “Suara apa itu?” suasana makin sunyi. “Suara apa itu?” terdengar seperti lolongan.


“Lutfi maenin kelereng Pak !” aku salah seorang siswa.
"Siapa saja yang bawa kelereng, dikumpulkan ke meja Pak Guru !"

Tak ada malaikat sejujur anak-anak. Mereka jujur kacangijo kepada gurunya. Semua anak dengan senyum polos menyerahkan kelerengnya kepada pak Gurunya, laki-laki maupun perempuan. Baru saja saya menerapkan punishment kepada mereka.

Kenapa satu anak yang bersalah, tetapi kena hukum semua? Jawabannya ada di hati kita masing-masing. Mereka adalah team dalam kelas. Saya ingin mereka saling nasehat-menasehati. Itu saja.

Komentar

  1. wah..jadi gak sabar..pengen segera lulus kuliah dan jadi guru..ketemu murid-murid yang nakal dan lugu..

    BalasHapus
  2. kamu temanan sama suyoto ya jie? salamin ya ! dulu aku satu kelas sama dia....semoga sukses jadi guru ya....

    BalasHapus
  3. lhaaa..... pada ngumpul disini...

    :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar !!

Postingan populer dari blog ini

KEKURANGAN FILM LASKAR PELANGI

SATERA JONTAL

DATU SERAN KEDINGINAN